Tell Me Your Wish

“So tell me your wish, while you still can

yayuy
8 min readJun 13, 2023

Langit terlihat mulai menunjukkan warna kemerahannya, ketika tangan cekatan itu sedang asyik membersihkan beberapa meja di dalam toko kopi yang masih terisi beberapa insan dengan kesibukan mereka masing-masing. Matanya memperhatikan sekitarnya, seluruh meja kosong telah ia bersihkan, beberapa gelas kotor sudah ia cuci; keningnya mengernyit memikirkan apalagi tugasnya yang belum ia kerjakan hari ini. Ketika tepukan kecil hadir pada bahunya yang lebar itu, membuatnya menoleh ke arah datangnya tepukan tadi. Seorang perempuan yang tingginya hanya sebatas dadanya itu terlihat menatapnya, apron cokelat khas toko kopi tempatnya bekerja menutupi kaus hitam yang dikenakannya, tak lupa bandana yang berada di kepalanya. Hana, si pemilik toko kopi terlihat bercacah pinggang menatap pria yang sedari tadi masih berusaha memikirkan pekerjaan apa saja yang sudah ia kerjakan sejak pagi tadi.

“Kalau mau pulang, pulang aja Haidan” ucap Hana sembari menggelengkan kepalanya heran melihat karyawannya itu, yang ditegur hanya terkekeh kecil sembari menggaruk pipinya yang tidak gatal itu.

“Lo shift pagi kan tadi?” tanya Hana sembari mengecek keuangan yang ada pada meja kasir.

“Iya, Mba. Tadi gue yang buka toko juga” Jawab Haidan yang masih berdiri di belakang Hana, perempuan yang sudah dia anggap seperti kakaknya sendiri itu.

“Yaudah, pulang aja gapapa. Nanti biar gue sama yang lain tutup toko.” Ucap Hana tak hirau akan kehadiran laki-laki yang masih berdiri di belakangnya itu.

“Bener nih Mba? Gaenak nih gue” Jawab Haidan, dengan nada agak berat seperti orang sungkan.

“Lebay deh, biasanya juga suka izin pulang cepet” Jawab Hana menoleh ke empu dari suara itu, sedangkan Haidan hanya terkekeh kecil mendengar jawaban dari bos nya itu.

“You deserve to go home early, at least for today” lanjut Hana sembari kembali ke mesin kasir di hadapannya. Haidan mendengar itu pun dapat tersenyum lebar, seperti beban yang ada di bahunya terangkat semua.

Thank you, Mba!” seru Haidan sembari mengecup pipi kiri Hana, yang dicium hanya bergidik geli sembari mendorong kasar Haidan yang berdiri di sebelahnya.

Kedekatan mereka telah terukir sejak Haidan menginjak bangku SMA kelas 3, Hana yang dulunya adalah guru bimbel yang akhirnya juga menjadi salah satu seniornya di kampus. Hubungan mereka tidak pernah lebih dari seorang teman yang sudah seperti kakak dan adik, begitu pula dengan Hana yang tidak pernah menganggap Haidan lebih dari seorang teman atau adiknya.

Haidan yang telah melepas apron cokelatnya, segera berlari ke belakang tempat dimana barang-barang karyawan toko kopi ditaruh pada loker mereka masing-masing. Hal pertama yang Haidan cek tentu saja handphone miliknya, senyum terlukis di bibirnya ketika melihat notifikasi pertama pada layar handphonenya itu.

“Can’t wait to see you home!”

Dengan cepat jarinya mengetik jawaban kepada si pengirim pesan itu, rasa hangat mengisi hatinya, kupu-kupu beterbangan menggelitik perutnya. Dasar anak muda yang sedang jatuh cinta.

Ketika Haidan melangkah keluar dari ruang loker karyawan ke arah depan, suara Hana terdengar memanggil namanya dari dalam toko.

“Bawa pulang ini kue sama kopinya” ucap Hana sembari menyiapkan packaging take-away untuk membawa kue dan minuman ada di atas meja. Haidan yang dipanggil hanya bisa tersenyum melihat Hana yang cenderung cuek masih sempat menyiapkan kue dan juga kopi untuknya.

“Mba, gausah repot-repot” balas Haidan menghampiri Hana yang masih berkutat dengan packaging take-away di tangannya itu.

At least I should give you something, didn’t I?” Jawab Hana dengan seringai kecil yang membuat Haidan terkekeh dan membantu Hana membungkus 2 slice kue dan dua botol kopi 1 liter ke dalam packaging take away.

“Happy birthday, Kid.” Ucap Hana sembari menepuk punggung belakang Haidan, yang dibalas pelukan kecil dari Haidan.

Thank you, Mba.” Jawab Haidan dengan senyum manisnya, Hana hanya mengangguk sebagai balasan.

“Gue masukin Strawberry Shortcake kesukaan pacar lo juga disitu, make sure to share it with him” ucap Hana mengingatkan.

Will do.” Jawab Haidan dengan kekehan kecil khasnya, yang tidak harus menunggu lama untuk segera beranjak keluar setelah berpamitan dengan Hana.

• • • • • • •

Kawasan sudirman sore hari ini tetap terlihat padat seperti biasanya, jam yang menunjukkan pukul 18:16 dengan keadaan langit yang sudah beranjak biru keunguan menandakan malam yang akan segera tiba. Haidan masih berada di motornya, di tengah hiruk pikuknya ibu kota, dikelilingi oleh bisingnya kendaraan roda dua maupun empat. Namun, padatnya ibu kota sore ini tidak mengusik hatinya yang sedang bermekaran seperti bunga di toko bunga dekat rumahnya. Senyumnya masih merekah, bibirnya pun tak berhenti mengalunkan lagu-lagu dari musik yang ia dengarkan pada satu earphone yang terpasang pada salah satu telinganya.

Tepat pukul 19:45 motor yang dikendari Haidan sudah memasuki kawasan Pasar Minggu, kurang lebih 10 menit lagi untuk sampai rumah yang ia tinggali, atau lebih tepatnya ia dan kekasihnya tinggali. Di 10 menit itu juga, Haidan masih sempat mendatangi McDonalds dekat rumahnya untuk membeli Ice Cream favoritnya dan kekasihnya itu. Setelah merasa cukup dengan bawaannya, ia kembali melanjutkan perjalanan pulangnya.

Haidan memasuki kawasan apartment tempat dimana ia tinggali selama kurang lebih 6 bulan terakhir ini, apartment yang berada di daerah Kemang, Jakarta Selatan itu hanya diisi olehnya dan kekasihnya itu. Banyak cerita yang telah mereka tulis selama 6 bulan terakhir ini, manis dan pahit, hangat maupun dingin. Hanya saja yang Haidan ketahui, rumah bukanlah rumah tanpa kekasihnya itu; Zach, atau Zachary.

• • • • • • •

Tangan Haidan meraih kartu kunci pintu dilanjut dengan mengetik kata sandi itu untuk membuka pintu apartmentnya tersebut, suara alunan musik dan suara nyanyian yang sudah sangat familiar di telinganya itu terdengar dari dalam. Zach sudah pulang, entah mungkin sedang mempersiapkan kejutan kecil untuknya.

I’m Home” sapa Haidan memasuki rumahnya itu, yang disambut oleh Zachary ketika mendengar suara dari arah pintu.

Welcome home, Sayang” ucap Zach, sembari membentangkan tangannya lebar siap menyambut Haidan dengan peluk hangatnya. Haidan yang melihat tentunya tidak menunda dan segera beranjak merengkuh sosok laki-laki di hadapannya itu.

Indeed, am Home” ucap Haidan dalam pelukan itu, menghirup wangi wood dan mint khas pria-nya itu.

“Kamu belum makan, kan?” tanya Zach melepas pelukan dan masih menatap Haidan dengan matanya yang berbinar itu.

“Belum kok” jawab Haidan yang disambut dengan senyuman oleh Zach, tangannya yang kosong ditarik oleh Zach ke arah meja makan yang sudah tampak terlihat beberapa masakan seperti; spaghetti, rib steak, apple pie, dan tentunya sebotol Chardonnay wine kesukaan mereka berdua. Perfect, ujar Haidan dalam hati.

I hope it’s not too much” ucap Zach sembari mencium punggung tangan Haidan.

No, it’s perfect” Jawab Haidan tulus, meraih bahu Zach dan mencium pucuk kepalanya.

“Oh iya, Mba Hana ngasih aku kopi sama Strawberry Shortcake kesukaan kamu” ucap Haidan sembari memamerkan bingkisan di tangannya itu, Zach menerimanya dengan kekehan kecil.

“Aku gak nyangka Mba Hana masih inget kue kesukaan aku” balas Zach sembari menaruh bingkisan tersebut di pantry dapur dan Ice Cream di freezer kulkas.

“Ya… she likes you as much as she likes me” balas Haidan.

“Aku se-spesial itu ya” saut Zach dengan tawa kecilnya.

“Dia tau kamu spesial buat aku” jawab Haidan, yang hanya dibalas dengan senyuman dari Zach.

• • • • • • •

Malam itu berlanjut dengan makan malam yang jauh dari biasanya, meskipun yang dihidangkan bukanlah masakan rumah, tetapi semuanya masih terasa hangat sebagaimana makanan rumahan pada umumnya. Topik pembicaraan mereka yang tidak ada habisnya, tawa mereka yang mengisi ruang makan bersautan dengan musik yang mengiringi makan malam mereka malam ini.

“Kamu udah ngeluarin Chardonnay, berarti hari ini spesial ya” goda Haidan kepada Zach yang sedang menuangkan Chardonnay kedua kali di gelasnya.

Ofcourse it is a special day for me!” balas Zach, yang disambut tawa dari Haidan. Hal kecil yang tidak akan pernah lelah atau membosankan baginya, menggoda laki-laki yang sudah mengisi hari-harinya selama 6 bulan terakhir ini, mungkin hingga waktu yang lama.

Thank you, i’m very much grateful for this” ucap Haidan sembari meraih jemari Zach dan mengelus pelan punggung tangannya.

“I’m happy if you’re happy” jawab Zach, tangannya membalas genggaman hangat Haidan yang tidak mau terlepas darinya.

Tangan Haidan meraih dagu Zach yang berada di sebelahnya, dan sepersekian detik itu juga bibir dari kedua insan tersebut menyatu, menyalurkan berjuta rasa hangat, cinta, dan rindu yang mengisi relung hati mereka.

Tangan Zach meraih leher Haidan, seketika posisi mereka telah berubah dimana Zach yang berada dipangkuan Haidan merengkuh dan menikmati setiap sentuhan dan ciuman yang diberikan Haidan. Bibir mereka yang masih menyatu, seperti tidak memberikan sedikit pun jeda bagi mereka untuk mencari oksigen yang hampir habis itu.

Ketika ciuman mereka terhenti, memberikan jeda bagi mereka untuk mengambil oksigen yang sedari tadi mereka butuhkan. Posisi mereka yang masih belum berubah, kening mereka yang menyatu seperti menyalurkan sisa rasa yang masih mengganjal di antara mereka.

“It’s good to be back to you” ucap Zach sembari menatap laki-laki yang sedaritadi masih memangku dan merengkuhnya itu.

“Jangan lama-lama lagi perginya ya…” balas Haidan, yang dijawab dengan tawa kecil dari bibir Zach.

Haampir 2 minggu sebelumnya, Zach dan Haidan harus merasakan hubungan jarak jauh yang memang tidak selama orang lain lakukan. Hanya saja ketika telah menghabiskan berminggu-minggu bersama, ketidak hadiran sosok yang paling kita sayangi sehari atau dua hari saja sudah cukup membuat gelisah; paling tidak itu yang dirasakan Haidan dan Zachary.

“You know what” ucap Zach menarik perhatian Haidan.

“Sebelum hari ulang tahun kamu habis, aku akan ngabulin satu permintaan kamu” lanjut Zach dengan seringai kecilnya, jemarinya mengelus pipi laki-laki yang berada di hadapannya itu.

“Anything?” tanya Haidan memastikan.

“Anything!” balas Zach yakin.

Hening sempat mengisi beberapa puluh detik, memberikan waktu bagi Haidan untuk memutuskan pemintaannya itu.

“I know what i want” ucap Haidan sembari menatap Zach.

“Tell me your wish, while you still can” balas Zach yang disauti kekehan kecil dari Haidan, entah sudah berapa kali tawa terlepas dari mulut Haidan akan tingkah laku kekasihnya ini.

“Aku mau kamu terus sama aku dalam waktu yang panjang, entah apa yang terjadi kedepannya. I want you to stay with me for a long time, because it’s only that matters to me” jelas Haidan, kedua tangannya yang masih melingkar di pinggang kecil laki-laki dipangkuannya itu mengelus pelan punggung laki-laki itu.

Zachary yang mendengar permintaan Haidan hanya bisa terdiam, berjuta bunga bermekaran mengisi hatinya saat itu. Permintaan yang cukup sederhana, namun memberikan kesan paling sempurna baginya. Ketika banyak di dunia ini sosok yang akan memanfaatkan momen ini untuk materil, Haidan meminta dirinya untuk terus bersamanya. Dia belum pernah merasakan rasa cinta yang sangat kuat dari orang lain untuknya, tidak ada sebelum Haidan. Laki-laki yang menunjukkannya bahwa dunia bisa jauh lebih baik, lebih hangat, lebih berwarna, lebih banyak cinta.

Zachary menarik wajah Haidan mendekat, menyatukan kembali bibir mereka, menyalurkan seluruh cinta yang ia rasakan untuk prianya ini. Lumatan kali ini terasa lebih pelan, tidak ada nafsu lebih diantara mereka. Meskipun tangan Haidan masih berselancar dengan leluasa di punggung Zachary.

“That’s the easiest thing i will gladly do” ucap Zach di sela-sela tautan bibir mereka. Senyum terurai dari bibir Haidan, beralih merengkuh laki-laki dipangkuannya itu.

“I love you” ucap Zach.

“I love you, till my heart beat stops” Balas Haidan.

“Best birthday ever?” tanya Zach kepada Haidan.

“Not yet” jawab Haidan, sekali lagi meledek prianya itu.

“Kok gitu?!” balas Zach sembari melepas pelukan Haidan dengan kasar, Haidan hanya tertawa pelan.

“Emangnya kamu gak ngerasa kurang sesuatu?” tanya Haidan, membuat Zach mengernyitkan keningnya bingung.

“Hah? Emangnya apa?” Tanya Zach masih bingung.

Tangan Haidan meraih kancing kemeja yang masih dikenakan oleh Zach, berusaha membukanya pelan yang dimana detik itu juga Zachary sadar apa maksud prianya itu. Kekehan terdengar dari kedua bibir pria itu.

“You are very naughty!” Protes Zach kepada Haidan yang telah membuka hampir setengah dari kancing kemejanya itu.

“Naughty, but you love it didn’t you?” jawab Haidan menggoda prianya itu, yang hanya dijawab oleh tawa dari Zachary.

Malam itu, menjadi memori dimana cinta mereka nyata dan bak tertulis dengan tinta yang pekat. Hasrat dan naluri mereka habiskan pada malam itu, tak peduli dengan dunia. Karena di detik itu, menit itu, jam itu, dunia milik mereka berdua.

--

--

yayuy
yayuy

Written by yayuy

0 Followers

corat coret

No responses yet